Pelatihan Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk Meningkatkan Kesadaran Gizi di Kalangan Remaja Perempuan
Pelatihan Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk Meningkatkan Kesadaran Gizi di Kalangan Remaja Perempuan
Pada tanggal 18 April 2024, Puskesmas Buluspesantren I menyelenggarakan pelatihan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) yang dihadiri oleh siswi perempuan dari SMP dan SMA Negeri I Buluspesantren. Kegiatan ini dipimpin oleh Dewi Sulistyawati, S.ST, MM, yang tidak hanya merupakan Nutrisionis Puskesmas Buluspesantren I tetapi juga menjabat sebagai Kepala Puskesmas.
Latar belakang pelaksanaan kegiatan ini didasari oleh kebutuhan akan pengetahuan gizi yang lebih baik di kalangan remaja perempuan. LILA merupakan salah satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk menilai status gizi seseorang, khususnya dalam hal kekurangan gizi dan risiko kesehatan yang berkaitan dengannya.
Peserta pelatihan, yang merupakan siswi perempuan dari sekolah-sekolah lokal, memiliki tujuan yang jelas: untuk mengukur lingkar lengan atas teman-teman mereka di sekolah. Hal ini menunjukkan komitmen mereka untuk menjadi agen perubahan dalam upaya meningkatkan kesadaran gizi di lingkungan sekolah.
Dalam sesi pelatihan, Dewi Sulistyawati memberikan pemahaman mendalam tentang arti pentingnya LILA dalam menilai status gizi seseorang. Dia menjelaskan bahwa LILA merupakan indikator yang sederhana namun sangat informatif, yang dapat membantu dalam mendeteksi masalah gizi secara dini.
Selain itu, peserta juga dibekali dengan keterampilan teknis dalam melakukan pengukuran LILA secara akurat. Mereka diberikan panduan langkah demi langkah tentang cara mengukur lingkar lengan atas dengan menggunakan alat yang tepat, serta cara interpretasi hasil pengukuran tersebut.
Selama pelatihan, terdapat diskusi yang aktif antara peserta dan instruktur, di mana mereka dapat bertanya tentang berbagai aspek terkait gizi dan pentingnya pemantauan gizi secara rutin. Hal ini menciptakan suasana belajar yang interaktif dan mendalam, di mana pengetahuan tidak hanya diterima secara pasif tetapi juga dipahami dengan baik.
Setelah pelatihan selesai, peserta merasa lebih percaya diri dalam melakukan pengukuran LILA dan memahami pentingnya peran mereka dalam meningkatkan kesadaran gizi di lingkungan sekolah. Mereka berencana untuk mengaplikasikan keterampilan yang mereka pelajari dengan mengukur lingkar lengan atas teman-teman mereka dan berbagi informasi tentang gizi dengan lebih luas.
Dengan demikian, pelatihan ini tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis kepada peserta tetapi juga menjadi langkah awal dalam membangun budaya kesadaran gizi yang lebih baik di kalangan remaja perempuan